REPUBLIKA.CO.ID, Andik Vermansyah menjadi fenomena terbaru persepakbolan Indonesia. Berkibar pertama bersama timnas U-23 Sea Games besutan Rahmad Darmawan, lalu laga melawan David Beckham, Andik melanjutkan sinarnya bersama timnas U-21 di Turnamen Halsanah Bolkiah. Meski belum membawa Timnas dengan raihan gelar, Andik adalahrising star baik didalam maupun luar lapangan
Berikut petikan wawancara reporter Republika Abdullah Sammy dengan bintang Persebaya yang dikaitkan dengan Novara, Benfica dan Inter Milan ini
Bagaimana awal perjalanan Andik Sehingga kini menjadi pesepakbola?
Dari kecil saya sudah kenal sepak bola. Bahkan sejak usia lima tahun saya sudah masuk SSB. Kakak saya Agus Dwi Cahyono yang selalu mengajak saya berlatih di SSB. Awalnya saya ikut SSB kampung di Jember, namanya Dwi Koro. Di sana lah saya mulai menimba ilmu bermain bola. Setelah itu saya bergabung ke SSB KSI dam Suryanaga. Dan di dua SSB itulah saya mulai memahami bagaimana teknik dasar bermain sepak bola. Dan bekal saya bermain sekarang, adalah jasa dari dua SSB itu. Hingga akhirnya saya brermain untuk Persebaya junior saat SMP.
Bagaimana dukungan keluarga saat anda mengawali karier sebagai pesepak bola?
Awalnya orang tua tidak mendukung. Mereka takut terjadi apa-apa sama saya di lapangan. Mereka takut kalau sewaktu-waktu kaki saya patah. Orang tua lebih ingin saya konsentrasi di sekolah. Tapi saya sudah memiliki tekad untuk bermain sepak bola. Bersama kakak, Agus, saya terus bermain dari sepak bola antar kampung, antar SSB, hingga akhirnya klub. Lama kelamaan orang tua turut mendukung dan memberi doanya bagi karier saya di lapangan.
Perjuangan untuk menjadi pesepak bola sejati?
Butuh perjuangan dan pengorbanan keras untuk menjadi seperti saat ini. Karena saya berasal dari keluarga yang tidak mampu, perjuangan untuk menjadi pesepakbola pun lebih sulit. Bahkan untuk membeli sepatu sepak bola, saya harus keliling kampung menjual kue. Alhamdulillah usaha keras saya saat itu mulai bisa membuahkan hasil kini. Dari sepatu yang saya beli itu akhirnya mengantarkan saya memperoleh rezeki yang bisa mengangkan orang tua. Alhamdulillah dengan pengorbanan keras yang dulu saya lakukan itu, sekarang saya bisa membeli rumah bagi orang tua.
Bagaimana awalnya anda bisa berbaju Persebaya?
Sejak awal, cita-cita saya adalah bermain untuk Persebaya Surabaya. Tim yang saya idolai. Setelah menempuh pendidikan sepak bola di SSB, saya pun ikut seleksi untuk masuk Persebaya junior saat SMP. Dan alhamdulillah saya diterima masuk. Namun saat itu juga banyak klub local yang menginginkan saya, beberapa bahkan melayangkan tawaran. Tapi pilihan tetap saya jatuhkan untuk Persebaya.
Karier di Persebaya?
Banyak pengalaman yang saya dapat. Ddengan baju persebayalah orang mulai mengenal saya. Kemampuan bermain pun jadi makin lengkap dengan pengalaman bermain di level senior hingga akhirnya saya dipanggil untuk memperkuat tim nasional di Sea Games. Itu adalah impian saya sebagai pesepak bola. Dan Alhamdulillah ajang Sea games juga memberi banyak manfaat bagi karier saya kedepan.
Motivasi saat bermain dengan kostum Merah Putih?
Tentunya motivasi yang ada hanya untuk mengantarkan kemenangan bagi bangsa. Tidak ada motivasi lain. Bermain untuk Negara berarti bermain untuk seluruh masyarakat dan saya tidak ingin mengecewakan seluruh masyarakat yang telah memberi dukungan yang luar biasa.
Bermain di Sea games anda mengawali dengan gol cantik ke gawang Timor Leste?
Tentu gol itu sangat berarti bagi saya secara pribadi. Tentunya sangat bangga. Saya mendedikasikan gol itu untuk seluruh masyarakat Indonesia. Gol yang memberi kepercayaan diri bagi saya pribadi untuk bermain baik di laga berikutnya.
Gemilang sepanjang Sea Games, namun akhirnya harus kalah atas Malaysia di Final?
Tentunya semua kecewa. Kalah dari Malaysia yang juga mengalahkan kita di AFF. Sebelum pertandingan, saya sangat berambisi untuk membalaskan dendam atas kekalahan tim senior. Tapi yang kita inginkan belum terkabul. Kami meminta maaf. Itu memang hasil yang tidak diharapkan oleh seluruh pemain, tim, maupun seluruh bangsa. Tapi saya yakin kedepannya kita punya potensi besar untuk menjadi juara.
Anda sedang membaca artikel tentang Andik Vermansyah: Awalnya Orang Tua tak Mendukung Saya Jadi Pesepakbola dan anda bisa menemukan artikel Andik Vermansyah: Awalnya Orang Tua tak Mendukung Saya Jadi Pesepakbola ini dengan url http://biografiart.blogspot.com/2012/03/andik-vermansyah-awalnya-orang-tua-tak.html. Dan Semoga Artikel Tentang Andik Vermansyah: Awalnya Orang Tua tak Mendukung Saya Jadi Pesepakbola Bermanfaat Bagi Anda